Makna Alhamdulillah

Alhamdu = pujian terhadap suatu kebaikan yang didasari oleh ikhtiar. Allah memiliki prestasi yang tak mungkin disamai oleh manusia. Allah SWT dipuji atas keindahan nama-namaNya dan kebaikan perbuatanNya.

Ikhlas Yuk

"Sesungguhnya segala amal perbuatan tergantung pada niat, dan bahwasannya bagi tiap-tiap orang apa yang ia niiatkan. Maka barang siapa hijrah menuju (ridha) Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan RasulNya. Barang siapa yang hijrah karena dunia (harta atau kemegahan dunia), atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu ke arah yang ditujunya." (HR Bukhari Muslim).

Keutamaan fadhilah menjadi wanita

Wanita yang melahirkan akan mendapat pahala 70 tahun solat dan puasa dan tiap rasa sakit dan pada satu uratnya Allah memberikan satu pahala haji.

Makna Bismillah

“Jika kalian membaca Surat AI-Fatihah, hendakIah kaIian membaca bismillahirahmaanirrahiim, karena ia termasuk ke dalam surat Al-Fatihah. Sedangkan Surat Al-Fatihah terdiri dari 7 ayat, dan bismillahirrahmaanirrahiim termasuk ke dalam saIah satu ayatnya".

Aqidah Islamiyah

Hubungan Aqidah Islam dengan keimanan kepada Allah [ 4:136; 21:25; 16:35]. Aqidah merupakan misi da'wah yang dibawa oleh Rasul Allah yang pertama sampai dengan yang terakhir yang tidak berubah-ubah karena pergantian zaman dan tempat, atau karena perbedaan golongan atau masyarakat [42:13]. (Aqidah Islam, Sayid Sabiq, hal.18) .

Rabu, 22 Mei 2013

Wahai Pemuda, Inilah 40 Assabiqunal Awwalun

Wahai Pemuda, Inilah 40 Assabiqunal Awwalun


Wahai pemuda, jika semangat dakwahmu melemah, lihatlah mereka para assabiqunal awwalun yang ditempa Rasulullah SAW di rumah Arqam bin abi Arqam. Tak kurang 25 dari 40 orang assabiqunal awwalun itu berusia di bawah 30 tahun. Mereka adalah pemuda! Sepertimu! Dan sejarah kemenangan selalu diukir oleh para pemuda.

"Oleh karena itu," kata Hasan Al Banna dalam Majmu'atur Rasail, "sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda adalah rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya".

Wahai pemuda, semestinya kita malu jika usia kita masih muda, status kita pemuda, tetapi kita tidak memiliki semangat juang dalam menegakkan kebenaran dan mendakwahkan Islam. Apa artinya menjadi pemuda jika energi dan vitalitas untuk bergerak tidak dimiliki? Apa artinya menjadi pemuda jika sikap diam menghalangi diri berkebajikan?

"Pemuda yang tidak memiliki semangat dakwah," kata Imam Syafi'i dalam antologi syairnya, "takbirkanlah ia empat kali, karena sesungguhnya ia telah mati."

Lihatlah mereka, para assabiqunal awwalun yang ditarbiyah Rasulullah di rumah Arqam bin Abi Arqam. Tidakkah kita iri dengan mereka yang usianya masih belia tetapi menjadi tonggak dakwah Islam dengan segala konsekuensi dan resikonya. Lepas dari mereka disebut sebagai kutlah oleh harakah tertentu dan disebut sebagai kataib oleh harakah lainnya, tak kurang 25 dari 40 sahabat itu berusia kurang dari 30 tahun. Mari simak nama-nama assabiqunal awwalun ini, lihatlah usianya dan seraplah semangat juang mereka:

1. Ali bin Abu Thalib berusia 8 tahun
2. Zubair bin Awwam berusia 8 tahun
3. Thalhah bin Ubaidillah berusia 11 tahun
4. Arqam bin Abi Arqam berusia 12 tahun
5. Abdullah bin Mas'ud berusia 14 tahun
6. Sa'ad bin Abi Waqash berusia 17 tahun
7. Mas'ud bin Rabi'ah berusia 17 tahun
8. Abdullah bin Mazhun berusia 17 tahun
9. Ja'far bin Abu Thalib berusia 18 tahun
10. Qudamah bin Mazhun berusia berusia 19 tahun
11. Sa'id bin Zaid berusia < 20 tahun
12. Shuhaib ar-Rumi berusia < 20 tahun
13. Zaid bin Haristah berusia sekitar 20 tahun
14. Utsman bin Affan berusia sekitar 20 tahun
15. Thulaib bin Umair berusia sekitar 20 tahun
16. Khabab bin Al-Art berusia sekitar 20 tahun
17. Saib bin Mazhun berusia sekitar 20 tahun
18. Amir bin Fuhairah berusia berusia 23 tahun
19. Mush'ab bin Umair berusia 24 tahun
20. Miqdad bin Al-Aswad berusia berusia 24 tahun
21. Abdullah bin Jahsy berusia 25 tahun
22. Umar bin Khatab berusia 26 tahun
23. Abu Ubaidah bin Jarah berusia 27 tahun
24. Utbah bin Ghazwan berusia 27 tahun
25. Abu Hudzaifah bin Utbah berusia sekitar 30 tahun
26. Bilal bin Rabah berusia sekitar 30 tahun
27. 'Ayash bin Rabi'ah berusia sekitar 30 tahun
28. 'Amir bin Rabi'ah berusia sekitar 30 tahun
29. Na'im bin Abdullah berusia sekitar 30 tahun
30. Utsman bin Mazhun berusia sekitar 30 tahun
31. Abu Salmah Abdullah bin Abdul Asad al-Makhzumi berusia sekitar 30 tahun
32. Abdurrahman bin Auf berusia sekitar 30 tahun
33. Ammar bin Yasar berusia sekitar 30-40 tahun
34. Abu Bakar Ash Shidiq berusia 37 tahun
35. Hamzah bin Abdul Muthalib berusia 42 tahun
36. Ubaidah bin Al-Harits berusia 50 tahun

Selain 36 nama di atas, ada beberapa shahabiyah assabiqunal awwalun seperti Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Khatab, Ummu Aiman, Ruqayyah, dan Sumayyah. Nama yang disebut terakhir ini menjadi syahidah pertama fi sabilillah bersama suaminya yang juga syahid: Yasir. Sehingga keduanya tidak dimasukkan ke dalam nama-nama sahabat yang dibina Rasulullah di rumah Arqam bin Abi Arqam.

Menjadi pemuda, artinya adalah menjadi manusia yang bersemangat. Menjadi pemuda, artinya adalah menjadi orang-orang yang mampu bergerak cepat. Menjadi pemuda, artinya menjadi pribadi tangguh yang siap menyelamatkan umat. Para pemuda pendahulu kita telah memberikan contoh dan menjadi teladan, jika engkau tak juga menemukan siapa mereka, lihatlah mereka assabiqunal awwalun; generasi pertama dari kalangan sahabat.

Senin, 20 Mei 2013

Hukum Bersalaman antara Pria-Wanita

HUKUM BERJABAT TANGAN ANTARA PRIA_WANITA


Berjabat tangan antara sesama jenis atau antara seseorang dengan mahramnya adalah sesuatu yang dianjurkan didalam islam bahkan menjadi sarana untuk meluruhkan dosa-dosa diantara mereka yang berjabatan tangan.

Diriwayatkan dari Bukhori dari Qatadah berkata,”Aku berkata kepada Anas apakah berjabat tangan terjadi pada para sahabat Nabi saw?” Dia menjawab,”Ya.”

Didalam riwayat lain yang diriwayatkan dari Hudzafah bin al Yaman dari Nabi saw bersabda,”Sesungguhnya jika seorang mukmin bertemu dengan mukmin lainnya kemudian dia mengucapkan salam lalu berjabat tangan dengannya maka luruhlah dosa-dosa mereka berdua sebagaimana luruhnya daun-daun pepohonan.” (HR. Thabani)

Sedangkan hukum seseorang yang berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya adalah :

1. Berjabat tangan dengan lawan jenis dari kalangan orang yang sudah tua yang sudah tidak memiliki ketertarikan kepada lawan jenisnya :
Para ulama Hanafi dan Hambali membolehkannya selama jabatan tangan itu aman dari fitnah diantara mereka berdua. Mereka berargumentasi dengan riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw pernah berjabat tangan dengan ibu yang sudah tua.” karena pengharaman terjadi apabila khawatir akan memunculkan fitnah.
Para ulama Maliki mengharamkan seorang laki-laki yang berjabat tangan dengan seorang wanita asing (bukan mahramnya) walaupun wanita itu termasuk orang-orang yang sudah tua renta. Mereka berpegang dengan keumuman hadits yang secara tegas mengharamkannya.
Para ulama Syafi’i secara umum mengharamkan adanya persentuhan kulit antara seorang laki-laki dengan wanita asing tanpa terkecuali orang-orang yang sudah tua.

2. Adapun berjabat tangan dengan seorang wanita muda yang bukan mahramnya maka para ulama Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali dalam sebuah riwayat yang dipilih serta Ibnu Taimiyah mengharamkannya. Para ulama Hanafi mengkhususkan terhadap wanita muda yang terdapat perasaan suka padanya. Para ulama Hambali tidak membedakan antara dibalik pembatas seperti kain dan sejenisnya atau tidak.

Para fuqaha didalam mengharamkan berjabat tangan dengan wanita muda yang bukan mahramnya ini berargumentasi dengan hadits Aisyah yang mengatakan,”Para wanita mukminah apabila mereka berhijrah kepada Rasulullah saw maka me
reka diuji dengan firman Allah :

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا جَاءكَ الْمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ عَلَى أَن لَّا يُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا وَلَا يَسْرِقْنَ وَلَا يَزْنِينَ

Artinya : “Hai nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina.” (QS. Al-Mumtahanah : 12)

Aisyah mengatakan bahwa barangsiapa yang telah meneguhkan janji setia dari kalangan wanita-wanita yang beriman maka sesungguhnya dia telah meneguhkan ujian atasnya. Dan ketika para wanita mukminah telah meneguhkannya dengan perkataan mereka maka Rasulullah saw berkata kepada mereka : “Pergilah sesungguhnya aku telah membaiat kalian.” Dan demi Allah tangan Rasulullah tidaklah menyentuh tangan seorang wanita pun akan tetapi dia membaiat mereka dengan perkataan.

Aisyah berkata,”Demi Allah tidaklah Rasulullah saw memilih para istri kecuali dengan perintah dari Allah swt dan tidaklah telapak tangan Rasulullah saw menyentuh telapak tangan seorang wanita pun. Adapun yang beliau katakan ketika membaiat para wanita mukminah adalah,”Sungguh aku telah membaiat kalian semua dengan perkataan.”

Didalam hadits yang diriwayatkan dari Ma’qal bin Yasar bahwa Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya jarum besi yang ditusukkan ke kepala seorang dari kalian lebih baik baginya daripada menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya.” Dan hadits ini menunjukkan pengharaman hal itu karena didalamnya disebutkan ancaman keras bagi orang yang menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya dan tidaklah diragukan bahwa berjabat tangan adalah bagian dari menyentuh.

Dalil mereka yang lain adalah menganalogikannya dengan memandang wanita asing.
Sesungguhnya hal itu diharamkan sebagaimana kesepakatan pada fuqaha apabila dilakukan secara sengaja dan tanpa ada sebab yang disyariatkan, sebagaimana adanya pelarangan hal itu di beberapa hadits shahih.

Penaganalogian itu pada sisi bahwa diharamkannya memandang itu dikarenakan memandang adalah salah satu sebab terjadinya fitnah. Menyentuh dengan berjabat tangan adalah lebih besar pengaruhnya didalam jiwa dan lebih dapat membangkitkan syahwat daripada hanya sekedar memandang dengan mata.

Imam Nawawi mengatakan,”Para ulama kami (madzhab Syafi’i) telah berpendapat bahwa setiap yang diharamkan untuk dipandangnya maka diharamkan untuk disentuhnya bahkan menyentuh itu jauh lebih berat, seperti dihalalkan bagi sseorang memandang seorang wanita asing apabila orang itu hendak menikahinya namun tidak diperbolehkan baginya untuk menyentuhnya.” (al Mausu’ah al Fiqhiyah juz II hal 13949 – 13950)

wawlohu alam..

Minggu, 19 Mei 2013

SHOLAT JENAZAH

SHOLAT JENAZAH


Rasulullah saw. bersabda:
Barang siapa menghadiri jenazah sampai jenazah itu disalati, maka ia mendapatkan satu qirath. Dan barang siapa menghadirinya sampai jenazah itu dikuburkan, maka ia mendapatkan dua qirath. Ada yang bertanya: Apakah dua qirath itu? Rasulullah saw. bersabda: Sama dengan dua gunung yang besar.” (HR Abu Hurairah)

tata cara shalat jenazah , niat shalat jenazah

Bahwa Rasulullah saw. bersabda:
Barang siapa menyalati jenazah, maka ia mendapatkan satu qirath. Jika ia menghadiri penguburannya, maka ia mendapatkan dua qirath. Satu qirath sama dengan gunung Uhud.” (HR Tsauban).

Shalat jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia.

Tata cara shalat jenazah akan diterangkan secara lengkap di bawah ini silakan simak selengkapnya tentang bacaan niat sholat jenazah berikut ini:

Bacaan niat shalat jenazah untuk mayit laki-laki
Ushallii alaa hadzal mayyiti arba’a takbiiraatin fardhal kifaayati ma’muuman lillaahi ta’alaa.
Artinya:
Aku niat shalat atas mayit ini empat takbir fardhu kifayah karena Allah.

Bacaan niat shalat jenazah untuk mayit perempuan
Ushallii alaa haadzihil mayyiti arba’a takbiiraatin fardhal kifaayati ma’muuman lillaahi ta’aalaa.

Tata Cara Shalat Jenazah
Setelah membaca niat

2. Takbir Pertama
Setelah takbiratul ihram, yakni setelah mengucapkan “Allahu akbar” sambil meletakan tangan kanan di atas tangan kiri di atas perut (sidekap), kemudian membaca Al-Fatihah,

Dan setelah membaca Al-Fatihah lalu takbir “Allahu akbar”

3. Setelah takbir kedua, lalu membaca shalawat:
Allahumma shalli ‘alaa Muhammad
Artinya:
“Ya Allah, berilah shalawat atas Nabi Muhammad”
Lebih sempurna lagi jika membaca shalawat sebagai berikut:
Allahumma shalli ‘alaa Muhammadin wa’alaa aali Muhammadin. Kamaa shallaita ‘alaa Ibrahim wa ‘allaa aali Ibrahim. Wa baarik ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aalii Muhammad. Kamaa baarakta ‘alaa Ibrahim wa ‘alaa aali Ibrahim fil-‘aalamiina innaka hamiidummajid.

Artinya:
“Ya Allah, berilah shalawat atas Nabi Muhammad dan atas keluarganya, sebagaimana Tuhan pernah memberi rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahkanlah berkah atas Nabi Muhammad dan para keluarganya, sebagaimana Tuhan pernah memberikan berkah kepada Nabi Ibrahim dan para keluarganya. DI seluruh ala mini Tuhanlah yang terpuji Yang Maha Mulia.”

4. Setelah takbir yang ketiga, kemudian membaca doa:
Allahummaghfir lahuu warhamhu wa’aafihii wa’fu’anhu.
Artinya:
“Ya Allah, ampunilah dia, berilah rahmat dab sejahtera, maafkanlah dia.”

Lebih sempurna lagi jika membaca doa:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ
وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ
مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ
 وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ
 وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ
 وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّار
Allahummaghfir lahu (lahaa) warhamhu (haa) wa’aafihii (haa) wa’fu ‘anhu (haa) wa akrim nuzulahu (haa) wawassa’madkhalahu (haa) waghsilhu (haa) bil-maa’I watstsalji wal-baradi wanaqqihi (haa) minal-khathaayaa kamaa yu-naqqatats-tsaubul-abyadhu minad-danasi waabdilhu (haa) daaran khairan min daarihi (haa) wa ahlan khairan min ahlihi (haa) wa zaujan khairan min zaujihi (haa) wa adkhilhul jannata wa a’iduhu min ‘adabil qabri wa ‘adabin nar
Artinya:
Ya Allah, ampunilah dia, dan kasihanilah dia, sejahterakan ia dan ampunilah dosa dan kesalahannya, hormatilah kedatangannya, dan luaskanlah tempat tinggalnya, bersihkanlah ia dengan air, salju dan embun. Bersihkanlah ia dari segala dosa sebagaimana kain putih yang bersih dari segala kotoran, dan gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya yang dahulu, dan gantikanlah baginya ahli keluarga yang lebih baik daripada ahli keluarganya yang dahulu, dan peliharalah ia dari siksa kubur dan azab api neraka.” (HR. Muslim)

Keterangan:
Jika mayit perempuan kata lahu menjadi lahaa.

Jika mayit anak-anak doanya adalah:

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ فَرَطًَا لِاَبَوَيْهِ وَسَلَفًا وَذُخْرًا
وَعِظَةً وَاعْتِبَارًا وَشَفِيْعًا وَ ثَقِّلْ بِهِ مَوَازِيْنَهُمَا
وَاَفْرِغِ الصَّبْرَعَلىٰ قُلُوْبِهِمَا وَلاَ تَفْتِنْهُمَا بَعْدَهُ
وَلاَ تَحْرِ مْهُمَا اَجْرَهُ
Allahummaj’alhu faratan li abawaihi wa salafan wa dzukhro
wa’idhotaw wa’tibaaraw wa syafii’an wa tsaqqil bihii mawaa ziinahuma
wa-afri-ghish-shabra ‘alaa quluu bihimaa wa laa taf-tin-humaa ba’dahu
wa laa tahrim humaa ajrahu
Artinya:
“Ya Allah, jadikanlah ia sebagai simpanan pendahuluan bagi ayah bundanya dan sebagai titipan, kebajikan yang didahulukan, dan menjadi pengajaran ibarat serta syafa’at bagi orangtuanya. Dan beratkanlah timbangan ibu-bapaknya karenanya, serta berilah kesabaran dalam hati kedua ibu bapaknya. Dan janganlah menjadikan fitnah bagi ayah bundanya sepeninggalnya, dan janganlah Tuhan menghalangi pahala kepada dua orang tuanya.”

5. Selesai takbir keempat, lalu membaca:
اَللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْناَ أَجْرَهُ وَلاَ تَفْتِنَا بَعْدَهُ وَاغْفِرْ لَناَ وَلَهُ
Allahumma laa tahrimnaa ajrahu wa laa taftinnaa ba’dahu waghfir lanaa wa lahu.
Artinya:
“Ya Allah, janganlah kiranya pahalanya tidak sampai kepada kami (janganlah Engkau meluputkan kami akan pahalanya), dan janganlah Engkau member kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia.”

6. Kemudian setelah salam membaca:
As-sallamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakaatuh.
Artinya:
“Keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada kamu sekalian.”


Semoga Bermanfaat,

Sabtu, 18 Mei 2013

7 Kalimat Yang Disukai Allah


 
"Barang siapa hafal tujuh kalimat, ia terpandang mulia di sisi Allah dan Malaikat serta diampuni dosa-dosanya walau sebanyak buih laut."
 
Setelah kembali fitri dan merasakan nikmatnya kehidupan sebagai orang yang insya Allah jauh dari perbuatan tercela, fitri  sepanjang masa atau minimal dari Ramadhan ke Ramadhan berikutnya, pasti merupakan harapan yang terbesit dalam kalbu kita semua. Agar jangan sampai harapan tinggal harapan, seperti tahun-tahun yang lalu, mulai saat ini kita harus mengisi kehidupan dengan lebih baik. Ada banyak hal yang menjadi "PR" kita, di antaranya adalah dengan mencoba menghayati 7 kalimat yang disukai Allah Swt berikut ini.
1.  Kalimat "Bismillah", yang haruslah kita ucapkan pada tiap-tiap hendak melakukan sesuatu.
  
2. Kalimat "Alhamdulillah" yang diucapkan pada tiap-tiap selesai melakukan sesuatu.



3. Kalimat "Astaghfirullah" yang diucapkan jika lidah terselip perkataan yang tidak patut atau ada tindakan kita yang tidak pantas.
4. Kalimat "Insya Allah", yang kita ucapkan jika merencanakan untuk berbuat sesuatu.



5. Kalimat "La haula wala kuwwata illa billah", yang diucapkan jika menghadapi sesuatu yang tidak disukai maupun tidak diingini.

6. Kalimat "Innna lillahi wa inna ilaihi rajiun", yang diucapkan jika menghadapi dan menerima musibah.




7. Kalimat "La ilaha Illa Allah", yang diucapkan sepanjang siang dan malam, hingga tak terpisahkan dari lidah kita.





Alhamdulillah, bila tujuh kalimat diatas selama ini memang selalu meluncur dari bibir kita. Namun dalam upaya menggapai fitri sepanjang masa, lafaz ketujuh kalimat diatas harus diucapkan dengan penuh makna sedemikian rupa, sehingga dapat memicu kalbu agar kita selau ingat kepada Sang Khalik. Sebab apapun perubatan kita, sebagaimana firman Alllah Swt dalam surat Al Qiyamah (75) ayat 36, harus kita pertanggungjawabkan.
Mengawali segala perbuatan dengan mengucapkan "Bismillah", mengandung arti bahwa apapun yang kita lakukan semata-mata adalah untuk mencari ridho Allah Swt. Semuanya mengandung unsur ibadah. Dari mengurus diri, mengurus rumah, mengurus anak, sekolah, bekerja, makan, tidur, dll., semuanya karena lillahi ta'ala. Sama nilainya dengan ibadah-ibadah lain, termasuk ibadah yang terangkum dalam rukun Islam.
Mengucapkan "Alhamdulillah", segala ikhtiar yagn kita lakukan berhasil maupun tidak, semata-mata karena campur tangan Allah. Kalau sukses jangan takabur, kalau gagal jangan putus asa, karen Alah Maha Tahu apa yang terbaik bagi ummat-Nya.
"Astaghfirullah", adalah kalimat yang akan menyadarkan kita untuk selalu waspada bahwa semua anak Adam, sebagaimana sabda Rasulullah, adalah juru salah. Namun, juga sebagaimana sabda beliau, sebaik-baiknya orang yang salah itu adalah orang yang cepat-cepat bertaubat. Lidah terselip, tindakan keluar jalur, bahkan terlintas pikiran yang tidak pantas, segeralah beristighfar. Dosa besar juga bisa dibentuk dari dosa-dosa kecil yang dilakukan secara terus menerus. Seperti ranting yang terlihat tak berarti, namun bila dikumpulkan mampu menjadi api  unggun.
Tak ada manusia yang dapat menentukan apa yang akan terjadi satu detik setelah saat ini, kecuali Allah Swt. Maka "Insya Allah" adalah kalimat yang paling tepat untuk segala rencana maupun ikhtiar yang akan kita lakukan. Sebagai manusia, kita hanya bisa berencana, berdo'a, dan berusaha agar langkah kita mendapat ridho-Nya.
Mengucapkan "La haula wala kuwwata illa billah", merupakan kalimat efektif untuk mengendalikan emosi. Segala hal yang muncul yang bertentangan dengan ego kita, insya Allah dapat kita hadapi dengan hati lapang dan kepala dingin. Kalimat ini mampu menekan nafsu marah dan mau menang sendiri, menetralisir ambisi pribadi bahkan menghindari kita dari buruk sangka pada sesama manusia maupun pada Allah Swt.
Terakhir, mengucapkan "Laa Ilaha Ila Allah", setiap waktu, agar kita selalu ingat untuk menjaga lidah, menjaga hati, menjaga penglihatan, perut, tangan, telapak kaki bahkan ketaatan kita. Lidah dari ucapan yang sia-sia yang tidak berguna bahkan dapat melahirkan dosa. hati dari rasa dengki, dendam, marah. Pengihatan, perut dan tangan dari perbuatan yang haram. Telapak kaki dari jalan yang didalamnya ada kemaksiatan, Serta ketaatan agar tepat murni untuk mencari ridho Alah semata. Jauh dari riya' maupun kemunafikan.
Melaksakan konsekwensi dari melafazkan tujuh kalimat di atas memang bukan hal yang mudah. Namun, bersemangtlah, karena hal itu bukan sesuatu yang tidak mungkin untuk bisa dilakukan. Bila terasa sulit, umumnya itu hanya karena keterlanjuran kita dalam mengisi kehidupan ini dengan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik. Padalah dalam Islam tidak ada kata terlanjur, apalagi bial keterlanjuran ini kita tahu dengan pasti dapat melahirkan dosa.
Diberdayakan oleh Blogger.