Makna dan Hakikat Tawazun
Tawazun
artinya keseimbangan. Sebagaimana Allah telah menjadikan alam beserta isinya
berada dalam sebuah keseimbangan (67: 3).
Manusia dan agama lslam kedua-duanya merupakan ciptaan Allah yang sesuai
dengan fitrah Allah. Mustahil Allah menciptakan agama lslam untuk manusia yang
tidak sesuai Allah (30: 30). Ayat ini menjelaskan pada kita bahwa manusia itu
diciptakan sesuai dengan fitrah Allah yaitu memiliki naluri beragama (agama
tauhid: Al-Islam) dan Allah menghendaki manusia untuk tetap dalam fitrah itu.
Kalau ada manusia yang tidak beragama tauhid, itu hanyalah karena pengaruh
lingkungan (Hadits: Setiap bayi terlahir
daIam keadaan fitrah (Islam) orang
tuanyalah yang menjadikan ia sebagai Yahudi, Nasrani atau Majusi).
Sesuai dengan fitrah Allah, manusia
memiliki 3 potensi, yaitu Al-Jasad
(Jasmani), Al-Aql (akal) dan Ar-Ruh (rohani). Islam menghendaki
ketiga dimensi tersebut berada dalam keadaan tawazun (seimbang). Perintah untuk
menegakkan neraca keseimbangan ini dapat dilihat pada QS. 55: 7-9.
Ketiga potensi ini membutuhkan makanannya masing-masing.
:
1.
Jasmani.
Mu'min
yang kuat itu lebih baik dan lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah
(HR. Muslim). Kebutuhannya adalah makanan, yaitu makanan yang halaalan
thayyiban (halal dan baik) [80:24, 2:168], beristiharat [78:9], kebutuhan
biologis [30: 20-21] & hal-hal lain yang menjadikan jasmani kuat.
2.
Akal
Yang membedakan manusia dengan hewan
adalah akalya. Akal pulalah yang menjadikan manusia lebih mulia dari
makhluk-makhluk lainnya. Dengan akal manusia mampu mengenal hakikat sesuatu,
mencegahnya dari kejahatan dan perbuatan jelek. Membantunya dalam memanfaatkan
kekayaan alam yang oleh Allah diperuntukkan baginya
supaya manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifatullah fil-ardh (wakil Allah di atas bumi) [2:30, 33:72].
Kebutuhan akal adalah ilmu [3:190] untuk pemenuhan sarana kehidupannya.
3.
Ruh (hati)
Kebutuhannya
adalah dzikrullah [13:28, 62:9-10].
Pemenuhan kebutuhan rohani sangat penting, agar roh/jiwa tetap memiliki
semangat hidup, tanpa pemenuhan kebutuhan tersebut jiwa akan mati dan tidak
sanggup mengemban amanah besar yang dilimpahkan kepadanya.
Dengan keseimbangan manusia dapat meraih kebahagian
hakiki yang merupakan nikmat Allah. Karena pelaksanaan syariah sesuai dengan
fitrahnya. Untuk skala umat, ke-tawazunan akan menempatkan umat lslam menjadi
umat pertengahan/ ummatan wasathon
[2:143]. Kebahagiaan itu dapat berupa:
-
Kebahagiaan
bathin/jiwa, dalam Bentuk ketenangan
jiwa [13:28]
-
Kebahagian
zhahir/gerak, dalam Bentuk
kestabilan, ketenangan beribadah, bekerja dan aktivitas lainnya.
Dengan menyeimbangkan dirinya maka manusia tersebut
tergolong sebagai hamba yang pandai mensyukuri nikmat Allah. Dialah yang disebut
manusia seutuhnya.
Contoh-contoh manusia yang tidak tawazun
·
Manusia Atheis: tidak mengakui Allah, hanya
bersandar pada akal (rasio sebagai dasar) .
·
Manusia
Materialis: mementingkan masalah
jasmani / materi saja.
·
Manusia Pantheis (Kebatinan): bersandar pada
hati/ batinnya saja.
REFERENSI
·
Al-Qadiry
, Seimbanglah dalam Beragama,
Jakarta:GIP
·
Silabus
Materi Mentoring th 1994/995
0 komentar: