"Barang siapa hafal tujuh kalimat, ia
terpandang mulia di sisi Allah dan Malaikat serta diampuni dosa-dosanya walau
sebanyak buih laut."
Setelah kembali fitri dan merasakan
nikmatnya kehidupan sebagai orang yang insya Allah jauh dari perbuatan tercela,
fitri sepanjang masa atau minimal dari Ramadhan ke Ramadhan berikutnya,
pasti merupakan harapan yang terbesit dalam kalbu kita semua. Agar jangan
sampai harapan tinggal harapan, seperti tahun-tahun yang lalu, mulai saat ini
kita harus mengisi kehidupan dengan lebih baik. Ada banyak hal yang menjadi
"PR" kita, di antaranya adalah dengan mencoba menghayati 7 kalimat
yang disukai Allah Swt berikut ini.
1. Kalimat "Bismillah",
yang haruslah kita ucapkan pada tiap-tiap hendak melakukan sesuatu.
2. Kalimat "Alhamdulillah"
yang diucapkan pada tiap-tiap selesai melakukan sesuatu.
3. Kalimat "Astaghfirullah"
yang diucapkan jika lidah terselip perkataan yang tidak patut atau ada
tindakan kita yang tidak pantas.
4. Kalimat "Insya
Allah", yang kita ucapkan jika merencanakan untuk berbuat
sesuatu.
5. Kalimat "La haula
wala kuwwata illa billah", yang diucapkan jika menghadapi
sesuatu yang tidak disukai maupun tidak diingini.
6. Kalimat "Innna
lillahi wa inna ilaihi rajiun", yang diucapkan jika
menghadapi dan menerima musibah.
7. Kalimat "La ilaha
Illa Allah", yang diucapkan sepanjang siang dan malam, hingga
tak terpisahkan dari lidah kita.
Alhamdulillah, bila tujuh kalimat diatas selama
ini memang selalu meluncur dari bibir kita. Namun dalam upaya menggapai fitri
sepanjang masa, lafaz ketujuh kalimat diatas harus diucapkan dengan penuh makna
sedemikian rupa, sehingga dapat memicu kalbu agar kita selau ingat kepada Sang
Khalik. Sebab apapun perubatan kita, sebagaimana firman Alllah Swt dalam surat
Al Qiyamah (75) ayat 36, harus kita pertanggungjawabkan.
Mengawali segala perbuatan dengan
mengucapkan "Bismillah", mengandung arti bahwa apapun
yang kita lakukan semata-mata adalah untuk mencari ridho Allah Swt. Semuanya
mengandung unsur ibadah. Dari mengurus diri, mengurus rumah, mengurus
anak, sekolah, bekerja, makan, tidur, dll., semuanya karena lillahi ta'ala.
Sama nilainya dengan ibadah-ibadah lain, termasuk ibadah yang terangkum dalam
rukun Islam.
Mengucapkan "Alhamdulillah",
segala ikhtiar yagn kita lakukan berhasil maupun tidak, semata-mata karena
campur tangan Allah. Kalau sukses jangan takabur, kalau gagal jangan putus asa,
karen Alah Maha Tahu apa yang terbaik bagi ummat-Nya.
"Astaghfirullah", adalah kalimat yang akan
menyadarkan kita untuk selalu waspada bahwa semua anak Adam, sebagaimana sabda
Rasulullah, adalah juru salah. Namun, juga sebagaimana sabda beliau,
sebaik-baiknya orang yang salah itu adalah orang yang cepat-cepat bertaubat.
Lidah terselip, tindakan keluar jalur, bahkan terlintas pikiran yang tidak
pantas, segeralah beristighfar. Dosa besar juga bisa dibentuk dari dosa-dosa
kecil yang dilakukan secara terus menerus. Seperti ranting yang terlihat tak
berarti, namun bila dikumpulkan mampu menjadi api unggun.
Tak ada manusia yang dapat
menentukan apa yang akan terjadi satu detik setelah saat ini, kecuali Allah
Swt. Maka "Insya Allah" adalah kalimat yang paling
tepat untuk segala rencana maupun ikhtiar yang akan kita lakukan. Sebagai
manusia, kita hanya bisa berencana, berdo'a, dan berusaha agar langkah kita
mendapat ridho-Nya.
Mengucapkan "La haula
wala kuwwata illa billah", merupakan kalimat efektif untuk
mengendalikan emosi. Segala hal yang muncul yang bertentangan dengan ego kita,
insya Allah dapat kita hadapi dengan hati lapang dan kepala dingin. Kalimat ini
mampu menekan nafsu marah dan mau menang sendiri, menetralisir ambisi pribadi
bahkan menghindari kita dari buruk sangka pada sesama manusia maupun pada Allah
Swt.
Terakhir, mengucapkan "Laa
Ilaha Ila Allah", setiap waktu, agar kita selalu ingat untuk
menjaga lidah, menjaga hati, menjaga penglihatan, perut, tangan, telapak
kaki bahkan ketaatan kita. Lidah dari ucapan yang sia-sia yang tidak berguna
bahkan dapat melahirkan dosa. hati dari rasa dengki, dendam, marah. Pengihatan,
perut dan tangan dari perbuatan yang haram. Telapak kaki dari jalan yang
didalamnya ada kemaksiatan, Serta ketaatan agar tepat murni untuk mencari ridho
Alah semata. Jauh dari riya' maupun kemunafikan.
Melaksakan konsekwensi dari
melafazkan tujuh kalimat di atas memang bukan hal yang mudah. Namun,
bersemangtlah, karena hal itu bukan sesuatu yang tidak mungkin untuk bisa
dilakukan. Bila terasa sulit, umumnya itu hanya karena keterlanjuran kita dalam
mengisi kehidupan ini dengan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik. Padalah dalam
Islam tidak ada kata terlanjur, apalagi bial keterlanjuran ini kita tahu
dengan pasti dapat melahirkan dosa.
0 komentar: